The Closer I Get To You
90’s Fest berjalan meriah. Acara itu juga dihadiri anak-anak dari kampus lain, yang membuat venue semakin ramai.
Sehabis curhat pada Karin dan diledek habis-habisan oleh Lucas, Agit kemudian meninggalkan kedua temannya untuk kembali pada Doyoung yang menunggu di venue belakang. Doyoung tidak terlalu suka menonton dari jarak dekat, selain terlalu berisik, keramaian juga sedikit membuatnya tidak nyaman.
“Sori ya lama, Lucas kalo ngegosip suka manjang.” Agit terkekeh pelan, memperhatikan Doyoung yang bersandar di pagar pembatas dengan satu kaki tertekuk.
Bahkan dalam gelapnya malam dan remang lampu panggung, lelaki ini nampak begitu menarik.
“Gosipin gue ya?” Doyoung tersenyum miring, sebelah alisnya terangkat.
“Hehe, tau aja.”
Melihat kejujuran Agit, mau tak mau Doyoung jadi tertawa sendiri.
Lalu secara dramatis, sorot lampu di panggung meredup. Riuh tepuk tangan membuat keduanya secara bersamaan menatap ke arah panggung, dan ketika petikan senar gitar terdengar, Doyoung menoleh pada Agit—mereka bertemu mata, mengunci pandangan dengan senyum yang sama-sama terulas.
🎵 Living with something that i couldn’t see And somehow fade eternally Have you came a long way to get to know me or maybe its just meant to be
Menatap dua mata sipit yang penuh binar itu, Agit merasa kewarasannya telah hilang. Dari jarak sedekat ini, ia bisa menghirup aroma kayu dan vanilla. Jika mengingat mundur ke belakang, Agit bahkan tidak akan mengira lelaki galak yang selalu menatapnya penuh kebencian ini akan beraroma manis seperti kue-kue kering.
Doyoung selalu mengejutkan.
🎵Come here i just found a new recipe The flower, the bricks, and the sea My intuition says you were like me and I don't know where should I be
Kalau ditanya, apa sih yang membuatnya begitu menyukai lelaki ini?
Agit tidak tahu. Ia tidak tahu apa atau dari mana perasaannya berasal. Namun detik ini, memandangi bagaimana binar mata dan lengkung senyum Doyoung bekerja, Agit sadar ia tak perlu tahu dari mana perasaannya bermula.
You don’t define love. You just... love.
🎵 And maybe you wanna be a star It may seem you wanna be in love I don't care you taking me apart But i just couldn't save you tonight
“Gue mimpi gak, sih?” Agit berbisik, lebih kepada dirinya sendiri. Doyoung masih memandang ke depan, sesekali kepalanya mengangguk mengikuti irama lagu ketika sebuah dorongan membuat Agit mengulurkan jari telunjuk untuk menusuk pelan pipi lelaki itu.
Doyoung mengernyit, melirik Agit lewat sudut mata. “Kenapa?” tanyanya, bingung karena pipinya mendadak disentuh.
“Wah, beneran ternyata bukan mimpi.”
Doyoung tertawa lagi, Agit ini benar-benar perempuan terkonyol yang pernah ada dalam hidupnya.
Sadar kalau tindakannya sedikit memalukan, Agit buru-buru menarik tangannya menjauh.
“Yang dicolok pipi dia, yang bolong pipi gue.”
Kaget, Agit lekas menoleh dan mendapati Jeffrey berdiri tepat di belakangnya. Dan jangan lupakan senyum jahilnya itu! Jeffrey sengaja menunjukkan lesung pipinya. Sialan.
“Lo? Ngapain di sini?”
Bukannya menjawab, Jeffrey justru menumpukkan kedua tangan dan kepalanya di pagar pembatas, lalu cemberut.
“Yang dikejar hati dia, yang meleleh hati gue.” Jeff kembali membeo.
“Lo kenapa, sih?” Agit panik, takut Doyoung menyadari kedatangan Jeffrey.
“Ini mulai gak waras, Git!”
“Iya! Lo yang gak waras, sekarang lo pergi sana!”
Jeffrey semakin cemberut. “Gue mau pulang sama Marissa.”
Siapa pula Marissa? Agit membatin.
“Terus?”
“Cemburuin aku, dong.”
“Idih ogah banget?”
“Yaudah, gue nonton bareng Clara.”
Clara siapa?
“Yaudah, sana. Have fun!”
“Kok malah disuruh have fun?”
Demi Tuhan, Jeffrey yang flirty dan buaya ternyata jauh lebih mudah ditangani ketimbang Jeffrey yang mode ngambek seperti ini.
“Jeff, gue mohon maaf mohon ampun deh sama lo. Tapi bisa gak, bisa gak lo tinggalin gue? Gue lagi sama—“
“Sama siapa?”
“... Kak Doyoung?” tanya Agit, terkejut dan bingung sendiri karena ketika ia menoleh, Doyoung tidak ada di sisinya. Entah sejak kapan.
“Doyoung?”
“Tadi dia ada di sini, kok.”
Jeffrey mengangguk acuh. “Udah pergi pas gue dateng.”
Agit membulatkan matanya, melayangkan satu pukulan di bahu Jeffrey. “Ih, tuhkan gara-gara lo, sih!”
“Enak aja!” balasnya. “Mau ikut gue gak? Daripada nunggu Doyoung sendirian di sini?”
“Gak. Gue mau nunggu di sini aja.”
Jeffrey mendengus, kemudian sembari mengacak rambut Agit sekilas ia pun berlalu dari sana.
Mulanya, Agit mengira Doyoung pergi mencari kamar kecil, atau membeli beberapa camilan. Namun sampai lagu I Just Couldn’t Save You Tonight yang dibawakan oleh Ardhito Pramono di atas panggung sana berakhir, Doyoung belum juga kembali.
Satu lagu lagi dimainkan, lalu dua, lalu tiga, dan sampai penampilan yang terakhir... Doyoung tetap tidak kembali.