bukan prognosis yang bagus, ya?

Brainstem Glioma.

Tiga orang yang duduk di sofa mencelus serentak mendengar pengakuan Doyoung—sementara ia sendiri justru sibuk memainkan remot televisi di genggamannya.

“Pertama didiagnosis, sel kankernya ditemuin di batang otak, tepatnya di daerah pons. You know, pons ukurannya cuma 2,5 cm. Tapi dia tumbuh di sana, bercokol di kepala gue.” Doyoung terkekeh sembari menunjuk kepalanya sendiri—getir. “Karena posisinya di batang otak, itu gak bisa dibiopsi.”

Lagi, Doyoung memainkan remot dengan tangannya, seolah sedang melatih otot-ototnya yang kaku.

Kini, tiga orang yang lain terdiam; termasuk Jeffrey, yang memilih memalingkan pandangannya ke mana pun, asal tidak bertatapan dengan temannya itu.

“Gue udah ngalamin tanda-tandanya dari SMA, suatu hari gue lagi ngerjain latihan soal olimpiade, gue lihat soal-soalnya jadi ganda. Orangtua gue panik karena gue harus berangkat olimpiade beberapa Minggu ke depan, dan dokter langsung ngasih gue obat. Belum tentu kanker, katanya waktu itu. Dan penglihatan gue normal lagi. Tahun berikutnya, baru ke diagnosis kanker.”

Kamar apartemen itu tak seberapa luas, tapi ketika remot di tangan Doyoung terjatuh ke lantai, bunyinya berdebam membuat Jeffrey, Yuta, dan Taeyong terkesiap.

Doyoung mengerutkan hidungnya, meringis. “Sori sori, tangan gue mulai kebas lagi,” katanya santai, tak sadar bahwa ketiga temannya duduk dengan hati gelisah. “Yah, Jeff... remot lo retak, nih.”

Demi Tuhan, entah kenapa mendengar kalimat itu, Jeffrey merasa ingin menangis.

“Gak apa-apa, sumpah. Mau TV nya yang lo ancurin juga gak apa-apa, Doy.”

Padahal, yang sebenarnya ingin Jeffrey katakan adalah, 'Gimana bisa lo cengengesan begitu anjing?! Gimana bisa lo khawatir sama remot di saat gue khawatir sama lo?'

Namun pada Doyoung, ia hanya tersenyum.

“Gue baru-baru ini mau pengobatan lagi, karena walaupun ini susah buat disembuhin, harusnya gue masih punya kesempatan, kan?” tanya Doyoung, ketiga temannya mengangguk tanpa suara. “Tapi kayaknya dunia emang bercanda sama gue. Nyatanya, dari hasil CT scan dan PET scan, mereka nemuin titik-titik gumpalan hitam di area tulang. Dokter bilang, kanker udah menyebar ke beberapa bagian yang sebelumnya belum kena, salah satunya sumsum tulang belakang. Itu juga berarti, kanker stadium tiga udah berkembang jadi kanker stadium akhir.”

Keheningan di kamar apartemen itu terasa semakin mencekam. Hening yang menusuk, sunyi yang menakutkan. Taeyong mengusap wajahnya gusar, Yuta mengawang-ngawang seolah pikirannya berlarian entah ke mana, dan Jeffrey... lelaki itu menunduk, menggigiti jari-jemarinya sendiri.

“Bukan prognosis yang bagus, ya?” tanya Doyoung lagi, menghela napas sembari mengulas senyum sedih. “Gue udah ceritain semuanya. Benar-benar semuanya. Jadi, ada pertanyaan?”

Tapi, tak ada yang berani bersuara, sebab jika mereka memaksakan untuk bertanya, mungkin tangislah yang akan jadi jawabannya.

“Tadinya gue gak mau cerita sama kalian. Gue pikir, mati ya mati aja. We all gonna die someday, anytime, with and without reason, right? Tapi Jeff terlanjur tau, jadi yaudah.”

Terdengar helaan napas panjang, Taeyong mendadak menegakkan tubuhnya, memandang Doyoung tajam.

“Jadi... berapa lama?” Pertanyaan itu bernada sendu, Jeffrey dan Yuta sontak melotot pada Taeyong. Tapi yang ditanya—Doyoung—justru tersenyum sumringah.

“Oh iya gue lupa ngasih tau yang itu. Dokter bilang, uhm... dua sampai tiga?”

“Tahun?” Jeffrey menebak.

“... Bulan,” Doyoung melanjutkan, matanya kini berkaca-kaca. “Ahhh, jadi siapa yang bawa amer? Gue pengen nyoba yang haram-haram sebelum mati,” katanya, terbahak sendiri.

Doyoung bangkit, beranjak ke arah dapur karena tahu Jeffrey selalu menimbun minuman keras di apartemennya.

Ia tidak tahu bahwa, sepeninggalannya ke dapur, tiga orang di ruang televisi menangis dengan caranya masing-masing.


footnote:

Computerized tomography scan (CT scan) adalah prosedur pemeriksaan medis dengan menggunakan kombinasi teknologi Rontgen atau sinar-X dan sistem komputer khusus untuk melihat kondisi dalam tubuh dari berbagai sudut dan potongan.

Positron emission tomography scan (PET scan) adalah prosedur diagnostik berbasis pencitraan yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan atau penyakit di dalam tubuh dengan menggunakan radiasi untuk menunjukkan aktivitas di dalam tubuh pada tingkat sel.

Pencitraan pada PET scan dilakukan dengan menggunakan zat kontras atau zat warna khusus yang dapat dilacak keberadaannya di dalam tubuh (tracers) dan diserap oleh beberapa jaringan atau organ.